Aku~~~ Selalu suka sehabis~~~ Hujan di Bulan Desember~~~ di bulan Desem~~~ber…
Yap, siapa yang tidak
tahu lagu syahdu yang menentramkan hati ini. Tapi efek rumah kaca yang akan saya bahas bukanlah grup musik indie asal
Jakarta. Efek rumah kaca atau greenhouse effect dalam hal ini merupakan istilah untuk
menggambarkan tentang panas yang terperangkap di dalam atmosfer bumi, seperti panas
yang terperangkap dalam rumah kaca yang dipakai petani di negeri beriklim
dingin. Rumah kaca berupa rumah yang
berdinding dan beratap kaca yang biasanya digunakan dalam sektor
pertanian. Jika rumah kaca sengaja
memerangkap panas untuk menghangatkan suhu ruangan sehingga bisa menumbuhkan
benih tanaman yang berada di dalam rumah tersebut, maka panas yang terperangkap
di atmosfer bumi bisa mengubah iklim dan mengancam kehidupan. Lalu bagaimana panas matahari bisa
terperangkap dalam atmosfer bumi? Berikut gambar yang menjelaskan efek rumah kaca.
Temperatur bumi dapat tetap hangat di tenga-tengah ruang angkasa yang dingin karena proses yang dikenal sebagai Efek Rumah Kaca.
Ketika radiasi matahari mencapai atmosfer bumi, sebagian panas akan dipantulkan oleh atmosfer dalam bentuk sinar infra merah dan sebagian lagi akan diteruskan ke permukaan bumi. Hal ini menyebabkan permukaan bumi menjadi hangat.
Permukaan bumi memantulkan kembali panas tersebut dan sebagian diserap oleh gas rumah kaca. Proses inilah yang mencegah terlepasnya panas matahari ke luar angkasa. Sebagian dari panas akan kembali ke permukaan bumi sehingga bumi tetap hangat dan nyaman untuk ditinggali oleh seluruh makhluk hidup di dalamnya.
Atmosfer bumi terdiri dari bermacam-macam gas dengan fungsi yang berbeda-beda. Kelompok gas yang menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat ini dikenal sebagai gas rumah kaca. Bumi pada dasarnya membutuhkan gas-gas tersebut untuk menjaga kehidupan makhluk hidup. Tanpa gas rumah kaca, bumi akan menjadi terlalu dingin untuk ditinggali karena tidak adanya lapisan yang mengisolasi panas matahari. Meningkatnya jumlah gas rumah kaca di atmosfer akan menyebabkan panas yang diterima bumi hanya sedikit yang dapat dilepaskan kembali ke luar angkasa.
Kontributor terbesar
pemanasan global saat ini adalah karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan
dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan, metana (CH4)
yang bersumber dari industri peternakan/pertanian serta pembusukan sampah,
dinitrogen monoksida (N2O) dari penggunaan pupuk, pembakaran dan
proses industri serta klorofluorokarbon (CFC) yang terdapat pada mesin
pendingin dan aerosol.
Di antara berbagai
macam gas rumah kaca, kadar karbon dioksida di atmosfer telah meningkat
melebihi kadar alami, akibat kegiatan manusia sejak Revolusi Industri seperti
pembakaran bahan bakar fosil yang melepas karbon dioksida ke udara dan
penggundulan hutan yang mengurangi penyerapan karbon dioksida oleh pepohonan.
Dihasilkannya gas
rumah kaca akibat kegiatan manusia dikenal sebagai emisi karbon, sementara total jumlah gas rumah kaca yang dihasilkan
oleh suatu kegiatan atau produk dikenal dengan jejak karbon. Karbon pada kedua istilah ini bukan
hanya merujuk kepada karbon dioksida, tetapi juga mencakup gas-gas rumah kaca
lainnya. Emisi gas rumah kaca mengalami
kenaikan lebih dari 70% dari tahun 1970 hingga 2004. Rata-rata temperatur dunia telah naik 0,72
derajat C dalam 100 tahun terakhir.
Sumber :
Hidup Hirau Hijau.
Ahmad Arif, Indira Permanasari, Rudy Badil. Kepustakaan Populer Gramedia. 2009
0 comments:
Post a Comment