Ada hubungan special apa
diantara global warming dan vegetarian? Kedua hal
ini sangat berbeda, yang satunya mengenai iklim dan satu lagi mengenai pola
makan sehari-hari. Lalu bagaimana mereka
bisa menjalani sebuah hubungan yang berbeda dunia ini? Hehee..
Sumber: Publikasi The New York Times tanggal 27 januari 2008 |
Kebutuhan listrik.
Pemeliharaan hewan
ternak tentu membutuhkan energi listrik untuk menyalakan lampu-lampu dan
peralatan pendukung lainnya. Salah satu
pemakaian listrik terbesar dalam industri ini adalah dari mesin-mesin pendingin
untuk menyimpan daging yang sudah dipotong agar dapat bertahan lama. Sebelum daging tersebut tersaji di piring
makan, baik di distributor, pengecer, rumah makan, pasar, dan dapur rumah
tangga pasti menyimpan daging di dalam lemari pendingin jika daging belum akan diolah. Dan malaikat juga tahu, bahwa mesin-mesin
pendingin adalah peralatan elektronik yang sangat boros listrik.
Transportasi.
Pengangkutan ternak,
makanan ternak, obat-obatan ternak serta kebutuhan ternak lainnya menghasilkan
emisi karbon yang signifikan. Apalagi
jika ternak-ternak tersebut diimpor dari Negara lain.
Kebutuhan lahan.
Peternakan
membutuhkan lahan yang besar. Begitu
banyak hutan hujan di dunia ini yang dibabat habis untuk membuka sebuah lahan
peternakan baru. Belum lagi hutan-hutan
ini juga dirusak untuk menanam pakan ternak seperti rumput, jagung dan
gandum. Padahal alangkah baiknya jika tanaman
tersebut diberikan kepada penduduk bumi yang sedang mengalami kelaparan. Perusakan hutan akan memperparah efek
pemanasan global karena CO2 yang tersimpan dalam tanaman akan
terlepas ke atmosfer ketika tanaman tersebut mati.
Polutan metana.
Hewan ternak seperti
sapi akan menghasilkan metana secara alamiah selama proses mencerna makanan di
dalam perutnya. Metana memiliki emisi
rumah kaca 23 kali lebih buruk dari CO2. Miliaran hewan ternak diseluruh dunia
melakukan proses ini setiap hari sehingga pada akhirnya menghasilkan polutan
gas rumah kaca yang signifikan. Jika
dikalkulasi, lebih dari 100 miliar ton metana dapat dihasilkan oleh sektor
peternakan setiap tahun.
Limbah kotoran.
Limbah kotoran ternak
mengandung senyawa NO (Nitrogen Oksida) yang 300 kali lebih berbahaya
dibandingkan CO2. Data
menyebutkan bahwa di Amerika Serikat saja hewan ternak menghasilkan tidak
kurang dari 39,5 ton kotoran per detik.
Itu baru di Amerika Serikat, bayangkan berapa banyak jumlahnya di
seluruh dunia ini. Karena jumlahnya
sangat banyak, tidak semua kotoran ini dapat diolah menjadi pupuk atau produk
berguna lainnya. Kotoran-kotoran ini pun
akan berakhir di sungai atau tempat lain yang pada akhirnya meracuni tanah dan
sumber air bersih.
Nah, jika satu per satu penduduk dunia menjadi vegetarian, sedikit demi sedikit
kebutuhan daging menurun. Dengan
menurunnya kebutuhan daging, aktivitas industri peternakan seperti disebut
diatas akan semakin berkurang sehingga berkurang juga penyebab global
warming. Berdasarkan penelitian di Universitas Chicago, seorang
vegetarian dapat mengurangi emisi karbon hingga 1,5 ton setiap tahunnya. Seorang vegetarian juga dapat menyelamatkan
hingga setengah hektar pepohonan setiap tahunnya. Seribu orang yang beralih ke pola makan
vegetarian sama dengan mengurangi 1500 ton emisi karbon per tahun. Bila ada 10% penduduk Indonesia menjalani
vegetarian, maka dapat mengurangi sedikitnya 30 juta ton emisi karbon setiap
tahunnya.
Jadi tidak perlu alasan lain untuk bervegetarian. Anda
hanya harus ingat, ketika cuaca menjadi sangat panas, bencana mengerikan
terjadi dimana-mana, dan munculnya wabah penyakit baru yang mematikan, mungkin
itu semua berawal dari apa yang tersaji di piring makan Anda. Karena vegetarian
tak pernah ingkar janji pada global warming
Baca info selengkapnya di :
http://hiduplebihmulia.blogspot.com
0 comments:
Post a Comment