“Aahh…nanaas..nanaass…”
Saat saya menulis
ini, udara sedang panaaas sekali. Kucing
saya terkapar di lantai keramik saking panasnya, begitu juga dengan ibu, bapak,
dan kakak saya. Padahal, kemarin hujan
seharian dan suhu sangat dingin. Saya bahkan seperti naga yang ketika berbicara
mengeluarkan asap (uap) dari mulut. Oh, inikah namanya cinta~~ Eh…inikah
namanya pemanasan global, deritanya tiada akhir.
Ini salah satu dampak
pemanasan global yang sering saya alami sendiri, dan mungkin banyak juga yang
mengalaminya. Ingin mengeluh pada Tuhan,
tapi saya malu karena saya salah satu penyebab dari pemanasan global ini. Saya sering tanpa sadar mengeluarkan gas H2S
dimanapun, kapanpun, dan dalam kondisi apapun.
Oh inikah karma yang harus saya terima? Tidaaaaak!!!!
Oke..oke… Saya tidak
akan ber-drama queen lagi. Mari kita mulai serius sekarang, seserius
dampak yang pemanasan global yang semakin mengancam peradaban makhluk bumi. Mungkin sudah banyak diantara kita yang
menyadari bahwa perubahan cuasa yang ekstrem ini tidak wajar, ada yang salah
dengan bumi kita. Namun ada juga
beberapa orang disekitar saya yang mati rasa menganggap bahwa memang beginilah
bumi di abad 21, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Hei!! Ini adalah
ancaman bagi bumi kita!! Ancaman ini sudah sangat terasa, misalnya saja musim
yang kacau seperti saat ini, musim kemarau atau musim hujan yang
berkepanjangan, banjir di tempat lain dan kekeringan di tempat yang lain lagi
pada saat yang sama, badai besar terjadi dimana-mana. Lalu, bagaimana mungkin pemanasan global bisa
sangat mengancam seperti ini? Saya
menemukan beberapa fakta dampak pemanasan global yang telah terjadi sepanjang
hidup saya ini.
- Mencairnya es di
Kutub Utara dan Kutub selatan. Pada tahun 2008
sebuah bongkahan es seluas 414 km2 di Antartika runtuh. Antartika di Kutub Selatan adalah benua yang
mengandung 90% es diseluruh dunia. Es-es
ini lah yang berperan sebagai stabilisator keseimbangan air di permukaan bumi terutama antara perairan laut dan
daratan. Jika seluruh es di kutub
hilang, tidak saja memusnahkan kehidupan beruang, penguin, dan penghuni kutub
lainnya, tapi juga akan menaikkan permukaan air laut.
- Meningkatnya
permukaan air laut. Mencairnya es di
daerah kutub telah berdampak langsung pada naiknya level permukaan air
laut. Para ahli memperkirakan jika semua
es mencair, maka permukaan air laut akan naik mencapai 7 meter. Yah, cukuplah untuk menenggelamkan seluruh
daratan rendah di bumi ini.
Kenaikan ini akan memicu banjir lebih luas, mengasinkan air tanah, dan menggerus kawasan pesisir. Di Indonesia sendiri, kenaikan permukaan air laut telah meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir, mengubah arus laut, memperluas kerusakan hutan bakau, meluasnya air laut ke daratan, dan berkurangnya luas daratan atau hilangnya pulau-pulau kecil. Meningkatnya banjir disebabkan karena pola hujan yang acak, musim hujan yang pendek sementara curah hujan sangat tinggi. Iklim menjadi ekstrem dan sulit diduga lagi.Daerah yang paling terkena dampaknya adalah daerah pesisir. Luas hutan bakau semakin mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Jika tidak ada hutan bakau, maka akan sering terjadi abrasi pantai dan pencemaran dari sungai ke laut akan meningkat. Wilayah kedaulatan Indonesia pun akan menyempit akibat mundurnya garis pantai.
- Perubahan iklim atau
cuaca yang semakin ekstrim. Nah, ini yang sering
saya alami. Bahkan NASA telah menyatakan
bahwa pemanasan global berimbas pada semakin ekstrimnya perubahan cuasa dan
iklim bumi. Pola curah hujan berubah-ubah
tanpa dapat diprediksi sehingga menyebabkan banjir di satu tempat tetapi kekeringan
di tempat lain. Topan dan badai tropis baru akan bermunculan, seperti
kasus-kasus badai ekstrim yang terjadi akhir-akhir ini
- Gelombang panas
menjadi semakin ganas. Serangan gelombang
panas mungkin belum terjadi di Indonesia, dan semoga tidak terjadi. Di Negara-negara lain seperti di Amerika
Serikat, baru-baru ini kita mendengar bahwa suhu memanas akibat gelombang panas
mencapai hingga 48o celcius.
Hal ini telah menyebabkan korban meninggal, merusak hasil pertanian,
membunuh hewan-hewan ternak dan menyebabkan kebakaran hutan.
- Habisnya gletser. Jika glestser-gletser
di dunia mencair, maka dunia terancam kehilangan persediaan air bersih. Sejak tahun 1960 hingga 2005 NASA mencatat
bahwa jumlah gletser di bumi telah hilang lebih dari 8000 m3. Maka seperti bunyi sebuah iklan air mineral
“Sumber aer su dekat” akan berakhir antiklimaks.
Itulah beberapa
dampak pemanasan global yang berhasil dihimpun oleh redaksi buku lain :p Semua ini mempertegas bahwa ancaman pemanasan
global sudah didepan hidung kita. Ayo
mulai ubah perilaku dan selamatkan bumi kita. Menyelamatkan bumi sama halnya
dengan menyelamatkan diri sendiri J
0 comments:
Post a Comment