Kurang
lebih dua minggu lagi umat muslim di seluruh dunia akan menjalani ibadah puasa
Ramadhan. Memasuki bulan ini, biasanya tersedia banyak variasi makanan yang
menggiurkan. Tapi perlu diingat, yang
enak belum tentu sehat dan yang sehat kadang dianggap tidak enak. Makan secara berlebihan tentu dapat
menyebabkan berbagai penyakit. Kita
harus cerdas memilih makanan apa saja yang baik serta mampu mendukung pasokan
energi yang terbatas selama puasa.
Bagi kaum
vegan, puasa mungkin tidak pernah menjadi
masalah. Pengalaman saya dan
teman-teman yang menjalani hidup sebagai vegan murni, puasa tidak pernah
menjadi kendala dalam beraktivitas.
Tubuh tetap dapat memberikan energi seperti biasanya dan aktivitas dapat
berjalan lancar tanpa terpengaruh rasa lapar dan haus. Mungkin saja hidup dengan pola makan vegan
telah membuat tubuh lebih ‘cerdas’ saat menghadapi puasa. Tapi saya harus mengakui, yang membuat saya
bisa menjalani puasa dengan baik, bahkan selama 24 jam adalah apa yang saya
makan saat mengawali puasa, atau oleh saudara muslim kita disebut sahur.
Anggota
Ikatan Dokter Pemerhati Pengobatan Timur, dr. Sukarliono, menyebutkan bahwa sistem pencernaan manusia
terbagi menjadi tiga fase. Ketiga fase
tersebut yaitu fase pembersihan
antara pukul 04.00 – 12.00, fase mencerna antara pukul 12.00 – 20.00, dan fase penyusunan antara pukul 20.00
– 04.00. Oleh sebab waktu sahur
berada pada fase pembersihan, dianjurkan untuk tidak mengonsumsi makanan yang
terlalu berat saat sahur. Sangat
disarankan makan makanan yang mengandung serat dan berkuah seperti sayuran dan
buah-buahan agar lebih mengurangi rasa lapar dan haus.
Sahur sama
pentingnya dengan sarapan biasa, asupan zat gizi seimbang sangat dibutuhkan
untuk mencukupi kebutuhan tubuh selama berpuasa.
Sahur sangat penting sebagai persiapan agar selama berpuasa
produktivitas kerja dan aktivitas sehari-hari tidak terganggu. Namun sahur dengan pola makan yang salah
justru dapat membuat tubuh lemas sehingga aktivitas terganggu dan niat ibadah
pun tidak dapat dijalankan dengan baik.
Agar puasa
dapat berjalan lancar, saya biasanya tidak mengonsumsi nasi dan lebih memilih
menu sahur yang tidak membebani lambung.
Misalnya saja pisang, susu kedelai , ubi jalar rebus atau sup sayuran. Bagi teman-teman lacto-vegetarian yang masih
mengonsumsi susu sapi, disarankan tidak meminum susu sapi saat sahur karena
susu sapi sulit dicerna oleh enzim pada lambung manusia. Intinya, ketika sahur jangan makan makanan
yang banyak mengandung gula karena akan membuat kita menjadi cepat lemas. Makanlah makanan yang menjadi sumber
karbohidrat kompleks dan kombinasikan dengan sumber protein agar tetap memiliki
energi hingga tiba waktu berbuka.
Jika
teman-teman harus makan nasi, sebaiknya batasi porsi nasi agar tidak
berlebihan. Jangan lupa dilengkapi
dengan sayuran dan lauk pauk yang mudah dicerna seperti tempe serta kurangi
lauk yang susah dicerna yang dapat menyebabkan terjadi pembusukan di dalam
usus. Konsumsi buah sebaiknya diberi
jeda waktu dari makanan inti. Sangat
baik mengkonsumsi buah 1 jam – 30 menit sebelum makan makanan berat, namun
pilihan buah pun tidak bisa sembarangan.
Makanlah buah yang lembut dan manis, jangan buah yang terlalu asam,
terlalu pahit dan menghasilkan gas seperti nangka dan durian.
Yang
penting dan tidak boleh ditinggalkan adalah minum air putih yang cukup
setidaknya 3-4 gelas selama sahur. Minum
minuman berenergi, sirup, dan jus justru tidak baik karena memiliki kandungan
gula yang sangat tinggi. Untuk jus, bisa
saja dikonsumsi jika tidak diberi tambahan gula, namun tetap tidak dapat
mengganti kebutuhan cairan tubuh yang diperoleh dari air putih.
Setelah
puasa telah dapat dijalani dengan baik, saatnya
untuk berbuka puasa. Seperti
sebuah jargon iklan ‘berbukalah dengan
yang manis’ , memang sangat dianjurkan untuk mengawali berbuka dengan
makanan manis dan air putih yang cukup.
Tetapi yang perlu dipahami adalah tidak semua makanan manis akan
berdampak baik. Pilihan yang tepat
adalah makanan manis yang mengandung karbohidrat kompleks. Ya, sekali lagi karbohidrat kompleks. Pilihan berbuka ini misalnya saja
buah-buahan, sari buah alami atau kurma seperti yang sangat dianjurkan oleh
Nabi. Dengan mengonsumsi makanan manis
berkabohidrat kompleks, akan menaikkan gula darah secara perlahan. Boleh juga ditambahi makanan ringan, tapi
yang dikukus bukan digoreng.
Dan yang
perlu diingat, jangan langsung makan berat saat berbuka puasa! Berilah jeda waktu agar sistem pencernaan
kita bisa melakukan ‘pemanasan’ sebelum melakukan tugas beratnya untuk mencerna
makanan. Biasanya jeda waktu ini
dimanfaatkan teman-teman muslim saya untuk menjalankan Shalat Maghrib. Setelah selesai shalat , barulah makan
berat. Sama seperti sahur, lebih
baik tidak mengonsumsi banyak nasi dan
tetap kombinasikan dengan sayuran dan lauk yang mengandung protein dan minim
lemak. Untuk minuman, tetap yang baik
adalah minum air putih. Konsumsi
buah juga diberi jeda dari konsumsi
makanan berat. Buah dapat dikonsumsi
setelah shalat Tarawih untuk menyempurnakan asupan nutrisi . Konsumsi buah yang mengandung banyak serat
seperti pepaya, nanas atau apel untuk memperlancar proses pembuangan.
Semoga
sedikit tips untuk pola makan sehat selama puasa ini bermanfaat untuk
teman-teman. Memang urusan puasa memang
bukan semata-mata urusan perut, tetapi dari perut inilah muncul berbagai
masalah yang dapat mengganggu puasa. Dan
tentu saja makna puasa itu lebih dari sekedar menahan lapar dahaga untuk periode
waktu tertentu. Semoga teman-teman
memperoleh manfaat baik dari berpuasa J
0 comments:
Post a Comment